Pemanfaatan Pangan Lokal dalam Pencegahan dan Penanggulangan Stunting

Nama    : Farah Meviana Resti

NIM       : 1022201008

Prodi S1 Gizi Fakultas Kesehatan Universitas MH. Thamrin

Tugas Mata Kuliah Komputer Dasar

Dosen   : Irwan Abdullah, S.Kom., MM

    Stunting pada anak didefinisikan sebagai masalah gizi akut yang diakibatkan oleh asupan gizi yang masuk dalam tubuh kurang memenuhi standar dalam kurun waktu lama. Kondisi ini bisa terjadi mulai dari anak masih berada dalam kandungan dan efeknya baru nampak saat ia sudah berusia 2 tahun. Biasanya anak yang mengalami kondisi stunting kurang mendapatkan asupan makanan yang sesuai dengan asupan gizi yang dibutuhkan pada usianya, sehingga pertumbuhannya pun jadi kurang optimal.

 

     UNICEF mendefinisikan stunting sebagai persentase anak usia 0 hingga 59 bulan dengan tinggi di bawah minus (untuk kategori sedang dan berat) dan minus tiga (untuk kategori kronis) yang diukur dari standar pertumbuhan anak dari WHO. Tidak hanya pertumbuhan yang terhambat, stunting pada anak juga berkaitan dengan perkembangan otak yang kurang maksimal. Hal ini menyebabkan kemampuan mental dan belajar yang di bawah rata-rata dan bisa berakibat pada prestasi sekolah yang buruk. Selain itu stunting dan kondisi lainnya yang terkait dengan kurang gizi juga dianggap sebagai salah satu faktor beberapa penyakit, seperti obesitas, hipertensi, kematian akibat infeksi, dan diabetes.

    Indonesia masih menghadapi permasalahan gizi yang berdampak serius terhadap kualitas sumber daya manusia (SDM). Salah satu masalah kekurangan gizi yang masih cukup tinggi di Indonesia terutama masalah pendek (stunting) dan kurus (wasting) pada balita serta masalah anemia dan kurang energi kronik (KEK) pada ibu hamil. Masalah kekurangan gizi pada ibu hamil ini dapat menyebabkan berat badan bayi lahir rendah (BBLR) dan kekurangan gizi pada balita, termasuk stunting.

    Stunting dapat terjadi sebagai akibat kekurangan gizi terutama pada saat 1000 HPK. Pemenuhan gizi dan pelayanan kesehatan pada ibu hamil perlu mendapat perhatian untuk mencegah terjadinya stunting. Stunting akan berpengaruh terhadap tingkat kecerdasan anak dan status kesehatan pada saat dewasa. Akibat kekurangan gizi pada 1000 HPK bersifat permanen dan sulit untuk diperbaiki.

    Banyak faktor yang menyebabkan tingginya kejadian stunting pada balita. Faktor langsung yang berhubungan dengan stunting yaitu asupan makanan dan status kesehatan. Faktor tidak langsung yang berhubungan dengan stunting yaitu Pola pengasuhan, pelayanan kesehatan, faktor maternal dan lingkungan rumah tangga. Akar masalah yang menyebabkan kejadian stunting yaitu status ekonomi keluarga yang rendah. Asupan zat gizi yang tidak adekuat, terutama dari total energi, protein, lemak dan zat gizi mikro, berhubungan dengan defisit pertumbuhan fisik pada anak. 

    Pemanfaatan produk pangan lokal merupakan salah satu intervensi komunitas pada penanggulangan stunting, sesuai saran dari WHO/UNICEF. Pangan lokal dipilih karena sesuai dengan pola masyarakat setempat, hemat biaya, dan mudah ketersediaannya. Selain itu, kesesuaian dengan budaya dan potensi daerah dapat memberikan pengaruh dalam jangka panjang dibandingkan menggunakan rekomendasi umum.

    Riset yang dilakukan oleh Tantut, dkk (2017) yang berjudul Local-food-based complementary feeding for the nutritional status of children ages 6–36 months in rural areas of Indonesia dalam Korean J Pediatr 2017;60(10):320-326 menunjukkan pemberian pangan lokal dengan melibatkan POSYANDU dapat meningkatkan status gizi anak usia 6-36 bulan. Tantut, dkk (2017) menyarakan “POSYANDU” perlu direformasi menjadi “POSYANDU Plus” untuk memfasilitasi program makanan pendamping berbasis pangan lokal bagi komunitas. Adanya kegiatan POSYANDU di Indonesia dapat dijadikan gerbang utama untuk menanggulangi stunting karena prinsipnya adalah dari masyarakat dan untuk masyarakat.

    Kualitas pangan lokal dan pencegahan stunting mesti seiring sejalan dalam penanganannya. Pangan lokal harus terus dijalankan dan disosialisasikan karena pangan lokal berperan penting dalam rangka pencegahan stunting yang sedang giat-giatnya dilakukan pemerintah.

    Pemerintah menaruh perhatian besar terhadap upaya pencegahan gangguan tumbuh kembang, stunting, melalui peningkatan kesehatan mulai dari remaja selaku cikal bakal keluarga. Selanjutnya, perhatian terhadap kesehatan ibu hamil yang akan melahirkan generasi bangsa, bayi-bayi, dan Balita yang akan tumbuh menjadi penerus negara. Masalah stunting sendiri bukan semata gangguan pertumbuhan fisik (bertubuh pendek/kerdil), melainkan juga mengganggu perkembangan otaknya, yang tentunya akan mempengaruhi kemampuan dan prestasi di sekolah, produktivitas, dan kreativitas di usia-usia produktif. Tiga hal yang perlu diperhatikan dalam pencegahan stunting adalah perbaikan terhadap pola makan, pola asuh, serta perbaikan sanitasi dan akses air bersih. Untuk itu, Presiden Joko Widodo menekankan pentingnya mencegah stunting. Diharapkan masalah stunting ini menjadi perhatian dan kerjasama lintas sektor dan semua elemen masyarakat untuk bersama melakukan upaya penurunan angka stunting. 

    Indonesia sebagai negara yang memiliki potensi pertanian yang besar memiliki bahan makanan lokal yang sangat beragam. Bahan yang disarankan dalam Pedoman Umum Pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MPASI) Lokal Tahun 2006 oleh Depkes RI, yaitu sumber karbohidrat (ubi, beras, singkong, jagung, kentang, tepung beras/sagu/terigu/jagung), protein hewani (daging, hati ayam, ayam, susu, udang, ikan lele/kembung/mujair), protein nabati (kedelai, tahu, tempe, kacang hijau/tanah/tolo), sayur (wortel, bayam, sawi, labu kuning, selada air, tomat, seledri, jagung muda, kangkung) dan buah (pisang kepok/ambon). Cita rasa juga dapat ditingkatkan dengan penambahan rempah lokal, antara lain jahe, pala, cengkeh, ketumbar, bawang merah/putih/prei, daun bawang, salam, lengkuas, sereh, dan lain-lain.

 

 

    Setelah memahami apa itu stunting, penyebab dan gejalanya, kita bisa melakukan upaya pencegahan. Berikut beberapa cara pencegahan stunting. 

1. Memenuhi kebutuhan gizi anak yang sesuai pada 1000 hari pertama kehidupan anak. 

2. Pemenuhan kebutuhan asupan nutrisi bagi ibu hamil. 

3. Konsumsi protein pada menu harian untuk balita usia di atas 6 bulan dengan kadar protein sesuai dengan usianya. 

4. Menjaga kebersihan sanitasi dan memenuhi kebutuhan air bersih. 

5. Salah satu upaya untuk mencegah terjadinya stunting adalah dengan rutin membawa buah hati anda untuk mengikuti posyandu minimal satu bulan sekali. Anak-anak usia balita akan ditimbang dan diukur berat badan serta tingginya sehingga akan diketahui secara rutin apakah balita tersebut mengalami stunting atau tidak.

    Itulah penjelasan mengenai menciptakan generasi anti stunting yang perlu diketahui oleh para orangtua. Dengan memperhatikan kebutuhan asupan nutrisi bua hati sejak dalam kandungan hingga 1000 hari pertama kehidupan maka kita bisa mencegah buah hati dari stunting. Sehingga anakanak pun tumbuh dengan baik baik secara fisik maupun mental.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pentingnya Gizi Seimbang Untuk Gaya Hidup Sehat

Paduan Gizi Seimbang di Era Pandemi Covid-19

Bahaya Dari Gizi Buruk