Pemanfaatan Pangan Lokal dalam Pencegahan dan Penanggulangan Stunting
Nama : Farah Meviana Resti
NIM : 1022201008
Prodi S1 Gizi Fakultas Kesehatan Universitas MH. Thamrin
Tugas Mata Kuliah Komputer Dasar
Dosen : Irwan Abdullah, S.Kom., MM
Stunting pada
anak didefinisikan sebagai masalah gizi akut yang diakibatkan oleh asupan gizi
yang masuk dalam tubuh kurang memenuhi standar dalam kurun waktu lama. Kondisi
ini bisa terjadi mulai dari anak masih berada dalam kandungan dan efeknya baru
nampak saat ia sudah berusia 2 tahun. Biasanya anak yang mengalami
kondisi stunting kurang mendapatkan asupan
makanan yang sesuai dengan asupan gizi yang dibutuhkan pada usianya, sehingga
pertumbuhannya pun jadi kurang optimal.
Stunting dapat terjadi sebagai akibat kekurangan gizi terutama pada saat 1000 HPK. Pemenuhan gizi dan pelayanan kesehatan pada ibu hamil perlu mendapat perhatian untuk mencegah terjadinya stunting. Stunting akan berpengaruh terhadap tingkat kecerdasan anak dan status kesehatan pada saat dewasa. Akibat kekurangan gizi pada 1000 HPK bersifat permanen dan sulit untuk diperbaiki.
Banyak faktor yang
menyebabkan tingginya kejadian stunting pada balita. Faktor langsung yang
berhubungan dengan stunting yaitu asupan makanan dan status kesehatan. Faktor
tidak langsung yang berhubungan dengan stunting yaitu Pola pengasuhan,
pelayanan kesehatan, faktor maternal dan lingkungan rumah tangga. Akar masalah
yang menyebabkan kejadian stunting yaitu status ekonomi keluarga yang rendah.
Asupan zat gizi yang tidak adekuat, terutama dari total energi, protein, lemak
dan zat gizi mikro, berhubungan dengan defisit pertumbuhan fisik pada
anak.
Pemanfaatan produk pangan
lokal merupakan salah satu intervensi komunitas pada penanggulangan stunting,
sesuai saran dari WHO/UNICEF. Pangan lokal dipilih karena sesuai dengan pola
masyarakat setempat, hemat biaya, dan mudah ketersediaannya. Selain itu,
kesesuaian dengan budaya dan potensi daerah dapat memberikan pengaruh dalam jangka
panjang dibandingkan menggunakan rekomendasi umum.
Riset yang dilakukan oleh
Tantut, dkk (2017) yang berjudul Local-food-based complementary feeding for the
nutritional status of children ages 6–36 months in rural areas of Indonesia
dalam Korean J Pediatr 2017;60(10):320-326 menunjukkan pemberian pangan lokal
dengan melibatkan POSYANDU dapat meningkatkan status gizi anak usia 6-36 bulan.
Tantut, dkk (2017) menyarakan “POSYANDU” perlu direformasi menjadi “POSYANDU
Plus” untuk memfasilitasi program makanan pendamping berbasis pangan lokal bagi
komunitas. Adanya kegiatan POSYANDU di Indonesia dapat dijadikan gerbang utama
untuk menanggulangi stunting karena prinsipnya adalah dari masyarakat dan untuk
masyarakat.
Kualitas pangan lokal dan
pencegahan stunting mesti seiring sejalan
dalam penanganannya. Pangan lokal harus terus dijalankan dan disosialisasikan
karena pangan lokal berperan penting dalam rangka pencegahan stunting yang sedang giat-giatnya dilakukan
pemerintah.
Pemerintah menaruh perhatian
besar terhadap upaya pencegahan gangguan tumbuh kembang, stunting, melalui
peningkatan kesehatan mulai dari remaja selaku cikal bakal keluarga.
Selanjutnya, perhatian terhadap kesehatan ibu hamil yang akan melahirkan
generasi bangsa, bayi-bayi, dan Balita yang akan tumbuh menjadi penerus negara.
Masalah stunting sendiri bukan semata gangguan pertumbuhan fisik (bertubuh
pendek/kerdil), melainkan juga mengganggu perkembangan otaknya, yang tentunya
akan mempengaruhi kemampuan dan prestasi di sekolah, produktivitas, dan
kreativitas di usia-usia produktif. Tiga hal yang perlu diperhatikan dalam
pencegahan stunting adalah perbaikan terhadap pola makan, pola asuh, serta
perbaikan sanitasi dan akses air bersih. Untuk itu, Presiden Joko Widodo
menekankan pentingnya mencegah stunting. Diharapkan masalah stunting ini
menjadi perhatian dan kerjasama lintas sektor dan semua elemen masyarakat untuk
bersama melakukan upaya penurunan angka stunting.
Indonesia sebagai negara yang
memiliki potensi pertanian yang besar memiliki bahan makanan lokal yang sangat
beragam. Bahan yang disarankan dalam Pedoman Umum Pemberian Makanan Pendamping
Air Susu Ibu (MPASI) Lokal Tahun 2006 oleh Depkes RI, yaitu sumber karbohidrat
(ubi, beras, singkong, jagung, kentang, tepung beras/sagu/terigu/jagung),
protein hewani (daging, hati ayam, ayam, susu, udang, ikan
lele/kembung/mujair), protein nabati (kedelai, tahu, tempe, kacang
hijau/tanah/tolo), sayur (wortel, bayam, sawi, labu kuning, selada air, tomat,
seledri, jagung muda, kangkung) dan buah (pisang kepok/ambon). Cita rasa juga
dapat ditingkatkan dengan penambahan rempah lokal, antara lain jahe, pala,
cengkeh, ketumbar, bawang merah/putih/prei, daun bawang, salam, lengkuas,
sereh, dan lain-lain.
Setelah memahami apa itu stunting, penyebab dan gejalanya, kita bisa
melakukan upaya pencegahan. Berikut beberapa cara pencegahan stunting.
1. Memenuhi kebutuhan
gizi anak yang sesuai pada 1000 hari pertama kehidupan anak.
2. Pemenuhan kebutuhan
asupan nutrisi bagi ibu hamil.
3. Konsumsi protein pada
menu harian untuk balita usia di atas 6 bulan dengan kadar protein sesuai
dengan usianya.
4. Menjaga kebersihan
sanitasi dan memenuhi kebutuhan air bersih.
5. Salah satu upaya
untuk mencegah terjadinya stunting adalah dengan rutin membawa buah hati anda
untuk mengikuti posyandu minimal satu bulan sekali. Anak-anak usia balita akan
ditimbang dan diukur berat badan serta tingginya sehingga akan diketahui secara
rutin apakah balita tersebut mengalami stunting atau tidak.
Itulah penjelasan mengenai menciptakan generasi anti stunting yang perlu diketahui oleh para orangtua. Dengan memperhatikan kebutuhan asupan nutrisi bua hati sejak dalam kandungan hingga 1000 hari pertama kehidupan maka kita bisa mencegah buah hati dari stunting. Sehingga anakanak pun tumbuh dengan baik baik secara fisik maupun mental.
Komentar
Posting Komentar